468x60 Ads

Perum Taman Kampus C5 No 1 Jember Hp+6281556512753/+6281336594881
Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >

penawaran FB

1 komentar

How to sell in our business

JALAN PENINGKATAN KOMPETENSI PERSONALKU

0 komentar

Saya dicipta Spesial sebagai Abdulloh, 9 juli1974. Terlahir dari rahim ibu yang bernama Hj. Sri Minarsih pada saat menikah berpendidikan sampai dengan SMP. Bapak saya, H.Poniman meskipun tidak sampai tamat sekolah tehnik (ST) setingkat SMP memiliki kemampuan fisik yang cukup baik  pada dua cabang olahraga yakni lari dan renang. Pernah mencatat prestasi marathon juara 2 lari event Polres Kediri.
    Semenjak kecil, Bapak terbiasa mandiri bekerja berat meringankan beban Mbah saya sebagai penjual dengan gerobak kelontong dorong keliling, dari hasil penjualan barang dagangan, sebagaiannya ditabung beli kambing dan untuk dipeliharanya ataupun dibelikan unggas sejenis ayam, itik dan mentok kemudian dijual  ke pasar pada Mbok Landep almarhumah  orang tua perempuan Bapak yang kesehariannya berjualan di pasar sebagai pedagang unggas.
Kerja keras Bapak berlanjut hingga ke Jakarta, sebagai pendatang Bapak ikut seorang Bintara Polisi dengan tujuan mendekatkan pada pencapaian akan impiannya dengan tempaan hidup tiap pagi dan petang mengangkut timba air untuk mengisi bak mandi yang jarak tempuhnya lebih dari 30 meter. Kegigihan Bapak dalam mengapai cita-citanya pernah sekali gagal dalam mengikuti ujian test kepolisian. Tidak membuat beliau patah arang dengan core competency yang lebih baik dibidang olahraga yang mengantarkannya meraih Sukses-Mulia masuk dijajaran kepolisian RI dengan pangkat Adjun Polisi Dua dengan ijasah SR (sekolah rakyat) pada satuan Pelopor elit tempur polisi setaraf Brimob di kelapa dua Jakarta Timur dan sebelum masa persiapan pensiun dengan pangkat Pelda, Kanit Provost Polres Kediri.
    Sebagai anak ke-2, saya diberi nama Dwi dengan panggilan Uki, lisan Jawa Timuran menyebut dengan Ukik. Nama kecil tersebut kependekan dari nama lengkapku Dwi Kirana L Setiadi.
Abjad L kata keberuntungan Bapak,  kepanjangan dari kata luki (L-uki), karena beliau dapat membuat rumah di atas tanah asrama kelapa dua, hasil jerih payah bekerja sampingannya sebagai waker pada perusahaan Luki Abadi. Dan keberuntungan lain  Bapak  mendapatkan ijin sekolah Bintara pasca penugasan pembebasan Timor Timur (Timor leste) dengan promosi janji kenaikan pangkat satu tingkat dan piagam veteran perang.
    Sebelum usia prasekolahku, mas Ir panggilan kakakku, duduk di bangku Taman Kanak-kanak di Jakarta dan usia adikku Marhata masih setahun. Keputusan keluargaku untuk mudik dengan mutasi dinasnya Bapak dari Jakarta ke Polresta Kediri. Mudik kami menggunakan truk, perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan lebih dari seharian perjalanan. Keikutsertaan keluarga dalam perjalanan dinas Bapak membuat kami sering pindah rumah semenjak memutuskan tinggal di Kediri.
Tahun 1984 keluarga kami mulai bisa menetap pada rumah sendiri di kampung Inggris Desa Tulungrejo yang ketika itu saya masih duduk di bangku SD kelas 4 sedang adik bungsuku Catur namanya usia 2 tahun. Sayang penguasaan bahasa Inggris aku tidak sebagus nama kampung itu, yang hingga kini dijadikan tempat studi seluruh pelosok negeri ini untuk menimba ilmu dan kursus.
    Saya tidak terkategori anak pintar dan berprestasi, namun Alloh memberikan kesempatan saya untuk berkompetisi di sekolah-sekolah favorit dari SMPN 1 dan SMAN 2 Pare hingga melenggang ke PTN Kedokteran Surabaya, lulus Diploma Radiologi tahun 1995, langsung diterima  bekerja di RSUD Sidoarjo. Ditahun 1997 lulus ujian CPNS dengan penempatan akhir di RS Paru Jember. Prestasi kecil lain yang saya peroleh melalui keteladanan Ibu dari upayanya melanjutkan pendidikan, patut  saya contoh. Ketika saat itu saya masih SD hingga SMA, usai menamatkan sekolah KPG, ibu kemudian kuliah mengambil gelar kesarjanaan dan dalam jenjang karirnya sebagai PNS. Ibu diangkat ketika usianya mendekati 40 tahun sedangkan saya pada usia 23 tahun.
    Perjalanan karir sebagai pegawai dalam 17 tahun terakhir ini, saya pernah diamanati untuk membimbing dan mengatur staf pada bagian radiologi. Capaian prestasi luar biasa saat Dies Natalis ke-49  RS Paru tahun 2005 Direktur RS Paru dr. Arya Sidemen,SE,. MPH menobatkan saya sebagai karyawan istimewa karena dapat memberikan bimbingan beberapa staf untuk kembali ke jalan yang lurus. Subhanalloh laaqola wala quwata illahbillah ... next (baca: Strategi menghadapi dan mengatasi krisis, dalam proposal hidupku – 3).
Tahun 2009 dan 2010 saya masuk bursa pemilihan employeer of the year RS Paru Jember siap berkompetisi dengan puluhan pegawai yang pernah mendapat predikat prestasi pada tahun tersebut untuk dipilih, yang mendapatkan suara terbanyak akan di umroh-kan. Ikut kompetisi dalam dua kali polling, saya hanya mendapatkan dua suara, ibarat permainan kurang mendapatkan simpati dukungan riil termasuk suara dari bawahan saya. Karena itu aku ubah orientasiku cukup sebagai pendamping umroh sebagaimana tahun ini aku dampingi Ibu ber-umroh.
Subjektif, itulah nilai standar kinerja dari objek sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukur atau standarnya (intangible standard) terhadap unsur prestasi  kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakasa, kepemimpinan dan value seperti dalam DP3 yang dipakai untuk menilai kinerja PNS. Menarik untuk menjadi objek penelitianku saat mengenyam pendidikan di FKM meski tidak tuntas dalam penyusunan skripsi, mengingat Hasibuan (2009) menyatakan, ”Dasar penilaian dari kinerja adalah uraian pekerjaan dari setiap individu karyawan karena dalam uraian pekerjaan inilah ditetapkan tugas dan tanggung jawab yang akan dilakukan oleh setiap karyawan.” yang saat ini tahun 2014 sebagai titik akhir dari penilaian DP3.
Sebagai orang yang memiliki mesin kecerdasan Thinking karena dominannya saya menggunakan otak kiri dengan garis tangan memperoleh ’tahta’, sebagai koordinator instalasi radiologi periode 2001-2013 yang tentu tidak sedikit masalah dan kasus organisasi melalui langkah praktis yang aku anggap efektif, sebagaimana peran yang pernah yang pernah saya lakoni sebagai pimpinan redaksi majalah RSP setelah 2 periode menjadi staf redaksi penulisan rubrik pengembangan SDM, mengelola aset sumberdaya dengan manerialship. Untuk kedisiplinan kerja petugas radiasi, saya berusaha istiqomah datang lebih awal dan pulang lebih akhir.
Disisi lain saya berkontribusi membidani lahirnya cabang Klub Guru Jember dan Bondowoso yang sekarang bernama IGI (Ikatan Guru Indonesia). Untuk itu  pelayanan terbaik bagiku dalam masyarakat pada bidang pendidikan menjadi pembimbing lapangan, baik magang  dan skripsi pada mahasiswa fisika MIPA Unej, IT dan kesehatan serta berupaya mewujudkan pemberdayaan dibidang ekonomi dan politik Islam guna menebar energi positif dengan sesama melalui perbaikan hubungan sosial kemasyarakatan.
Ibnu Tsani, Orang Spesial, Kontributor Sukses-Mulia.
    Manusia di alam semesta tercipta mikrokosmos adalah makhluk spesial.
Dalam karyaku saat ini berkemampuan mengaudit dosis radiasi dan menganalisa beban kerja, pencetak kontributor-kontributor (agent of change) yang dapat menjadikan organisasi RSP Jember sebagai pemain di tingkat Internasional pada tahun 2020”.  Hal ini tiada yang meragukan apabila kita, untuk hidup dan mengatasi berbagai masalah yang ada dihadapi dengan sebuah kompetensi. Namun demikian persoalannya, banyak diantara kita yang tidak tahu kompetensi apa saja yang harus dimiliki, dimana saja belajarnya dan bagaimana cara menguasainya?
Akibatnya ditahun-tahun yang silam dan mungkin masih kita jumpai saat sekarang banyak pekerjaan yang dikerjakan pekerja yang bukan ahlinya dan mengapa masih ada orang yang terus bekerja tanpa menyadari bahwa kompetensi mutlak diperlukan hingga mereka sadar bagaimana mereka dituntut untuk terus belajar meski tidak berada di sekolah formal, juga tidak mesti mendapatkan gelar dan ijasah.
Ingat bagaimana Nabi SAW bersabda bahwa tanda-tanda kehancuran sebuah masyarakat adalah ketika suatu urusan diserahkan kepada  orang yang bukan ahlinya. Hal ini mengingatkan kita bahwa siapapun yang sudah memiliki sertifikasi kompetensi diharapkan memang sudah memenuhi syarat kompetensinya dibidang itu dan mereka wajib memiliki kompetensi untuk selalu memiliki inovasi karena masalah baru akan selalu muncul.
Celakalah seseorang atau sebuah masyarakat bila selalu menghadapi masalah yang sama; itu berarti Dia memang bebal sehingga selalu jatuh ke lubang  yang sama. Profesionalisme ditunjukkan dengan kecakapan penyelesaian masalah dengan tuntas sehingga dia berhadapan dengan masalah baru yang menantang sehingga munculnya inovasi yang terus menerus.
Mereka juga harus kompeten untuk menginspirasi orang lain, agar banyak orang mau berjalan ke tujuan yang sama, sekalipun tidak diberikan kompensasi langsung, sebagaimana Orkesta yang tim-nya dapat bersinergi dengan alunan nada irama yang beriringan terdengar indah. Mereka juga terbukti sebagai orang yang independen dalam bersikap sehingga tidak mudah tunduk pada keinginan pribadi atau kelompok.
Kompetensi seperti ini dapat kita miliki dalam kesadaran pribadi melalui suatu tantangan bagaimana menghadapi masalah menjadi sebuah peluang bukan sebaliknya yakni suatu tindakan yang berpotensi melahirkan masalah dari latar belakang pendidikan dan pekerjaan formalnya. Bagaimana dia mampu mengembangkan untuk menghadapi berbagai persoalan hingga memacunya terus belajar, baik dari buku, internet ataupun orang yang lebih dahulu menekuni bidang itu atau bahkan dari kegagalannya sehingga lambat laun tumbuhlah kompetensiku dibidang tersebut. Insyaalloh.
Rumus Power Distance (exposer ;Rontgen)   memanduku bekerja dalam menindaklanjuti regulasi  BAPETEN terhadap dosis serap  (mGy) radiografi diagnostik pasien dewasa pada pemeriksaan:
1.    Skall – Lateral 3 dan PA 5
2.    Dental AP 5 dan periapical 7
3.    Chest - PA 0,4 dan lateral 1,5
4.    Thoracal – AP 7 dan lateral 20
5.    Lumbal – AP 10 dan lateral 20
6.    Abdomen – AP 10
7.    Pelvis – AP 10

Berikut SK  Ka BAPETEN no. 1/V/1999 terkait Nilai Batas Dosis (NBD) dimana dosis efektif untuk masyarakat umum sepersepuluh dosis pekerja yaitu untuk penyinaran seluruh tubuh 5 mSV pertahun; wanita hamil kurang dari 1 mSv dan  abdomen 1,3 mSv dalam 13 minggu.
Jika dalam catatan dosis foto thorax dewasa terdapat 60 kV, 300 mA, 0,03 S maka paparan dosisnya adalah 0,00144 R = 1,44 mR, didapat dosis serap dengan faktor kali 0,88 yaitu 0,001267 Gy = 1,267 mGy dengan konversi alat ukur terbaca  0,11 mGy, dengan demikian bila faktor bobot organ paru 0,12 maka dosis efektifnya adalah  0,0132 mSv.

dna-suksesmulia

1 komentar



0 komentar






Status perubahan badan hukum PT. STIFIn Fingerprint menjadi Yayasan disampaikan langsung oleh pembina yayasan STIFIn, bapak Farid Poniman pada acara STIFIn Promotor Annual Briefing di gedung BPPT Jl. MH Tamrin Jakpus pada tanggal 6 desember 2014 yang dihadiri lebih dari 300 orang promotor.

WARNAI KEHIDUPAN DENGAN KEBERMAKNAAN

0 komentar


     Pelajaran apa yang terdapat dalam dimensi kehidupan ini, apakah kehidupan dunia bersifat sementara? Pertanya tersebut menggugah kesadaran penulis untuk merenungkan tentang masalah waktu, mengingat ia selalu berjalan maju laksana rantai gir yang tidak berujung pangkal dalam perputarannya dan kesetabilan waktu di dunia ini tidak akan berubah dalam sehari 24 jam, senilai satuan 1440 menit.
             Mari mengingat bagaimana Tuhan bersumpah tentang waktu (Qs Al Ashr :1). Jika diperhatikan secara seksama pemahaman yang berkebalikan dengan isyarat (petunjuk) yang ada,  berupa keberuntungan untuk manusia yang memperhatikan masalah waktu, sehingga adakalanya waktu menjadi asset kekayaan  seseorang secara individual bila dipakainya secara bijak, namun seiring dengan perputaran waktu-pun berubah menjadi penggoda, dan kebanyakkan dari manusia terbuai akan pikatan rangkaian waktu, seraya dia berkata: “Ntar … kenapa buru-buru? Bukankah masih ada waktu.” Senada dengan kalimat tersebut seperti “ ….besuk sajalah!”.
            Anugerah yang Tuhan berikan pada semua makhluk ciptaan-Nya secara adil dan konsisten, baik kepada alam, manusia dan kehidupan berupa waktu. Sebagai iktibar yang bisa diambil hikmahnya atas sifat kesombongan iblis yang melebihkan materi dzat pembentuk dirinya dari unsur cahaya (Arab = nur/nar) telah menjerumuskannya pada ketidak patuhan terhadap perintah Tuhan. Hal tersebut bertuah pada nasibnya, sebagai makhluk terkutuk dan terusir dari surga dan diberi-Nya masa tangguh hukuman, hingga batas waktu yang dijanjikan untuk masuk ke dalam neraka, bersama orang-orang yang lalai, seperti mereka yang tidak beriman, tidak menjalankan amal shalih dan tidak saling memberikan nasihat.
            Waktu adalah modal yang dengan waktu tersebut dapat digunakan untuk menjalankan usaha. Menurut Yusanto (2002), “modal itu meliputi benda fisik dan non fisik seperti uang, raga, pendidikan, pengalaman kerja, waktu, kesempatan, benda sekeliling dan perbuatan/sikap mental”. Penggunaan waktu yang efektif menuntut agar manusia terkait dengan rantai waktu bukan sekedar mengamatinya saja, dengan menganggap bahwa kehidupan yang mengalir adalah bagian dari takdir Tuhan. Sehingga untuk apa berambisi dalam hidup ini, dijalani saja sebagaimana kehendak Tuhan. Manusia sebagai khalifah hanya berusaha yang terbaik dan mengapa sibuk-sibuk mengatur Tuhan. Begitulah perwujudan hamba yang berserah diri.
            Penulis memahami bahwa takdir Tuhan tidak dapat dirubah, akan tetapi bukankah Tuhan memberi kesempatan pada manusia untuk merubah nasibnya (Qs Ar Ro’du : 11) dan Tuhan menguji siapa diantara mereka yang ahsanu amala (Qs. Al Mulk : 2_terbaik perbuatannya). Dengan kemulyaan yang diberikan pada manusia serta kesempurnaan bentukkannya secara kodrati, pada mesin kecerdasan (pola operasi) berfikir manusia yang dominan melalui belahan otak sebelah mana bersifat genetik, begitu pula dengan karakternya diketahui dari lapisan bagian dalam atau luar dari otaknya pun bersifat genetik. Maksudnya, khasiat yang Tuhan berikan pada otak manusia memang berbeda dengan makhluk Tuhan lainnya, dari segi kemampuan otak manusia untuk mengikat pemahaman yang bermula dari proses berfikir yang telah oleh Tuhan limpahkan pada Adam dan seluruh keturunannya sehingga mereka mampu menyebutkan seluruh nama dari sesuatu, serta potensi kehidupannya berupa naluri yang dorongannya muncul dari luar serta kebutuhan fisik yang tuntuannya berasal dari dalam. Dari potensi kehidupan yang melekat pada diri manusia terkait khasiat pengikat yang ada pada otak  bisa ditajamkan dan kecendrungan yang merupakan dorongan dari naluri serta kebutuhan fisik dapat dikendalikan. Memilih diantara kehidupan yang mengalir dengan yang terdesain berdasar pengalaman penulis, dapat dilakukan dengan pencarian konsep, teori dan metoda yang dapat percaya terkait penemuan jati diri  seseorang. Setelah mengetahui mesin kecerdasan, kemudian menjabarkannya dalam peta hidup sehingga hidup ini terasa lebih hidup karena mudah dan efektif.
            Pendapat Richard S Sloma (1992) yang menuntun penulis untuk dapat menggunakan waktu secara produktif, mengerjakannya dengan cara sebagaimana berikut. Cara pertama, menemukan tehnik-tehnik baru begitu rupa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tertentu dalam waktu yang lebih singkat. Sebagai middle manajer, cara ini jarang dapat penulis temukan. Pertama-tama karena tugas utama sebagai radiographer, pada saat ini sudah 14 tahun bekerja dan mengisi posisi pada level manajer berjalan 11 tahun yang seakan bukanlah tugas rutin; kedua tugas yang sama tersebut tidak sedang dikerjakan secara berulang-ulang. Cara kedua, untuk memanfaatkan waktu secara produktif ialah dengan memulai tindakan-tindakan secara sekaligus agar lebih banyak program yang dapat diselesaikan secara berbarengan seperti tehnik menyusun pola ketenagaan di instalasi sekaligus dapat mengevaluasi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa menyelesaikan pekerjaan dengan jumlah rata-rata waktu tindakan personal dalam kesehariannya.
            Kaidah yang diajarkan Farid Poniman (2010) pada penulis adalah bersyukur pada Tuhan atas penemuan mesin kecerdasan, dan berpengetahuan dalam melejitkan mesin kecerdasan Thinking yang penulis miliki dari sesuatu potensi yang masih terpendam, serta bekerja (beramal) karena kian terasah akan kemahiran dari sesuatu yang kerap penulis lakukan dari sepuluh kata kerja mulai dari mengelola, mengkalkulasi, memekanikkan, menstrukturkan, mendiagnosa, menganalisa, merencanakan, memperjelas, mengakurasikan dan mereview. Berikut data pengelolaan pekerjaan di bawah tanggungjawab penulis di Instalasi Radiologi RS Paru Jember tahun 2011.

Dalam tabel diketahui rata-rata tindakan dalam tahun 2011 sebanyak 9329 dibagi 10 bulan sebesar  933 dan jam kerja efektif setiap bulan adalah berdasar norma nasional kerja efektif 330 menit di kali 22 hari menjadi 7260 menit per bulan, dan jumlah rata-rata kegiatan personal sebanyak 933 dibagi 7 petugas radiograf dengan mengkecualikan perhitungan 1 personil dari petugas administrasi yakni  133. Total jam efektif dalam sepuluh bulan adalah 7260 menit dikali 10 bulan menjadi 72600 menit. Pertanyaannya, berapa lama tindakkan pelayanan setiap petugas adalah 72600 dibagi rata-rata tindakan kali jumlah personal (933 X 7 = 6530) menjadi 11 menit per layanan petugas.
            Mudah-mudahan dari ilustrasi pengalaman penulis, pembaca dapat memutuskan mana yang terbaik, di antara pilihan pandangan kehidupan yang mengalir tanpa pengharapan yang masuk dalam kelompok skeptisisme atau pandangan kehidupan yang terdesain dengan pendambaan yang masuk dalam kelompok optimisme. Pilihan ada pada pembaca untuk terpatri dalam waktu. Ingat tidak menunda waktu dalam bahasa iklan ‘Apa Kata Dunia’ !. Jujur impian tempat instansi penulis bekerja adalah World Class Chest Hospital dalam 5 tahun mendatang. Tantangan dikancah global sebetulnya bukanlah kompetisi, bukan pula perundang-undangan ataupun ekonomi, namun pesaing yang pasti adalah waktu. Bagaimana waktu mampu berpihak pada kita. Bukankah tindakan para pesaing, peraturan yang ada, kecendrungan ekonomi, kesehatan pasar serta biaya-biaya pembelian bahan habis pakai adalah beberapa kekuatan yang praktis, namun tidak dapat saya ataupun Anda dapat kendalikan. Kemungkinannya kemampuan untuk mengantisipasi serta mengendalikan untuk mengurangi pengaruhnya saja, tetapi masih diperlukan waktu untuk menganalisanya, waktu membuat programnya serta waktu untuk menjalankan reaksinya. Jadi waktulah yang secara rasional yang dapat dijadikan sebagai modalnya.
            Menempatkan seseorang sesuai dengan mesin kecerdasan berarti mendesain DNA suksesorganisasi, begitupula membuatnya dalam disain peta hidup Anda pribadi. Memang terdapat ribuan alternatif untuk sampai disuatu titik. Dinamakan fokus apabila sejak awal  memilih rantai kehidupan yang terpendek di antara banyak alternatif yang yang ada. Disamping banyak faktor dan variable yang lain yang akan berpengaruh terhadap jalan hidup seseorang. Dengan keadaan apapun, kuncinya bagaimana Anda mencari kesempatan untuk menyalurkan waktu dan energi selama 10 ribu jam kepada profesi pilihan. Sesusah apapun kondisi yang pernah Anda rasakan hanya di lima tahun pertama, dengan mengalokasikan waktu 2 – 3 jam perhari untuk berlatih maka sama dengan menginvestasikan waktu menuju expert sejumlah 5000 jam, sebaliknya mensia-siakan waktu yang digunakan hari ini misalkan, tidak mungkin bisa dipakainya atau disimpan untuk besuk. Di lima tahun awal merupakan periode rintisan maka dengan fokus berdampak baik dalam menciptakan momentum keberhasilan. Sabda Nabi SAW: “Pergunakan lima hal yang datang kepadamu sebelum berganti dengan lima hal yang lain yakni masa sehatmu sebelum dating masa sakitmu, pergunakan kelapangmu sebelum datang kesempitanmu, pergunakan masa mudamu sebelum dating masa tuamu, pergunakan masa kayamu sebelum dating masa miskinmu serta pergunakanlah masa hidupmu sebelum masa matimu.” .Wallohu A’lam bi Showab
Dipublikasikan: www.stifinjatim.com 

ZONA KESUKSESAN DIRI SEBAGAI ORANG TUA

0 komentar

Setiap orang tua mendambakan agar anak-anaknya bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berbakat. Pertanyaannya berlebihankah mengidamkan anak yang mampu mendapatkan nilai ulangan yang bagus, menjadi bintang pelajar ataupun terpopuler dikalangan teman sebayanya dan guru. Saat berada di rumah, anak bisa diandalkan untuk melakukan kegiatan yang bersifat membantu orang tua dalam memasak, merapikan tempat tidurnya sendiri, membersihkan halaman rumah hingga menjaga rumah disaat orang tuanya keluar, juga sifat jujur, berintegritas dan komitmen dalam setiap penyelesaian tugas secara mandiri dan kreatif serta penuh percaya diri yang melekat dalam kepribadian anak sehingga kehadirannya menjadi bermanfaat untuk dirinya pribadi, orang tua, bangsa dan agamanya. Apakah sosok pribadi sempurna itu ada pada diri, keluarga dan anak-anak kita yang menjadi idaman setiap orang?
Berbagai keluhan dari penuturan kebanyakan orang tua bila dibuat daftar masalah dengan pengklasifikasiannya menurut ragam kecerdasan anak-anak mereka sebagaimana berikut.
Pertama, perilaku anak Insting sering bertengkar, terlihat tidak punya prinsip, tidak ada kemauan jika melakukan sesuatu terkesan setengah-tengah dan kata orang madura ‘kardiman’ (berbuat semau atau semua mau).
Kedua, perilaku anak Intuiting itu tidak teratur dan aneh, tidak realistik, tidak praktis, terlalu berangan-angan, sangat kompleks dan teoritis.
Ketiga, perilaku anak Sensing yang terlihat tidak imajinatif dan kreatif, membosankan dan tidak mau mengenal hal baru, tidak menarik, tidak bervisi ke depan dan dangkal.
Keempat, perilaku anak Feeling tidak logis, emosional, lemah, dan histeris.
Kelima, perilaku anak Thinking terlihat subjektif, dingin, tidak sensitif, tidak perhatian, raja tega dan keras kepala.
Hati orang tua mana yang tidak risau melihat kenyataan yang ada pada anak-anak mereka bila terlihat memiliki masalah diatas, tentu banyak pihak yang meragukan kesungguhan orang tua dalam mengupayakan anaknya menjadi pribadi yang unggul ataupun berprestasi. Hal tersebut sering diangkat oleh para konsultan dan pakar termasuk penemu mesin kecerdasan STIFIn Farid Poniman. Master coaching yang tinggal di Malasia ini memberi keteladanan sebagai upaya melejitkan prestasi NJ putri sulungnya dalam mengejar prestasi renang hingga menjadi juara dunia . Master PhD ini mengatakan bahwa: ‘masih ingat rumusan usaha dalam fisika, yakni usaha sama dengan gaya dikali jarak. Jadi kalau energi yang dikeluarkan tidak berhasil menciptakan jarak masih disebut gaya. Makanya, kalau berusaha yang betul supaya prestasinya bisa bergerak. Kalau tidak cuma bergaya dalam menjalankan program saja.’
Mungkinkah Anda termasuk orang tua yang belum menemukan blue print kesuksesan diri sebagai orang tua, dengan berbagi pengalaman dari orang lain yang telah menginspirasi banyak orang dan semoga penulispun tetap berada pada zona kesuksesan yang akan meretaskan jalan pembuka pintu depan menuju karpet merah dengan perasaan syukur dan ilmu yang memadai untuk tetap berusaha berjalan pada karpet itu. Sebagai orang tua yang merasakan hadirnya Dzat yang memberi kesempurnaan di dalam dirinya melalui sebuah proses yang terdisain secara sempurna dari kadar penciptaan khaliqnya, Dzat yang maha kuasa atas makhluk ciptaannya sebagai sesosok makhluk yang spesial ‘ahsani taqwin’ (Qs 95:4 _sesempurna bentukan) yang namanya manusia punya brain yang dengan itu Tuhan memberikan khasiat pada otaknya suatu potensi pengikat pemahaman kepadanya, ketika hendak memenuhi kebutuhan fisik dan naluri. Meskipun sang Khaliq menyatakannya ‘kabadin’ (Qs.90:4_susah), hal tersebut karena manusia itu tercipta dari saripati unsur terkecil alam semesta (mikrokosmis) dalam analog ragam kecerdasan seperti tanah, besi, air, kayu dan api.  Padahal penciptaan alam semesta jauh lebih besar, tetapi hal ini bagi Tuhanku cukup mengatakan: ‘kun fa yakun’ (Qs. 2:117_Jadi maka jadilah) tengok terjamah surat lainnya dalam al Mukmin ayat 57, Yasin ayat 80-81, dan al Mu’minun ayat 12 serta al A’raaf ayat 11.
Adapun yang dimaksud dengan zona kesuksesan adalah apabila para orang tua mampu menggunakan energinya untuk melangkah dalam suatu pergerakan menuju hasil yang luar biasa, yakni memiliki keturunan yang sesuai dambaan, sebagai sesuatu yang indah dipandang mata. Karena itu fokuskan perhatian terhadap diri sendiri (Qs 21:2) bagaimana Anda sebagai orang tua mengetahui jati diri dengan ukuran prevalensi yang sangat jelas dari ragam kecerdasan yang mencerminkan keyakinan Anda, kemampuan dan dapat menggambarkan prospek diri pribadi hingga merasakan kemistri mesin kecerdasan yang Anda punya didalamnya, dan bagaimana pasutri (pasangan suami istri) merealisasikan suatu usaha yang berbeda (Qs. 91:3-4) untuk melejitkan potensi kecerdasan atau bakat yang bersifat bawaan sejak dalam rahim, sebagaimana kata Buya Hamka dalam tafsirnya terhadap kalimah ‘syaakilatihi’ pada surat Isro’, sehingga dengan begitu Anda sebagai orang tua dapat berinvestasi pada segala kelebihan yang Anda miliki.
Disainlah hidup Anda yang bagus mulai dari proses, profesi dan output-nya sejalan dengan mesin kecerdasan. Penulis adalah orang Thinking Introvert (Ti)  dan istri yang bermesinkan Sensing Introvert (Si) ditakdirkan dalam jodoh untuk saling mendukung, kemudian Tuhan juga mentakdirkan dengan memberikan keturunan anak yang bermesinkan Intuitung Introvert (Ii) bagi saya di dalam ketiga unsur (alam semesta, symbol jari jemari dan intisari diri) yang terdapat lima jenis mesin kecerdasan adalah anologi tahta dan harta, bagus dalam memiliki anak dengan protege I. Inilah modal besar kesesuaian mesin kecerdasan dalam keluarga saya sebagai habitat yang pas yang penulis syukuri sebagai karunia dari Dzat yang maha pemberi kesenangan dan kebahagian dengan menambahkan karunia-Nya pada kelimpahan putri dan putra yang kemistrinya dilimpahi harta (sensing extrovert).
Ya Tuhan saksikanlah, untuk menjadi Ayah dan Suami yang Ok, pertama penulis memagang komitmen untuk meraih kepercayaan anak, menghargai pendapatnya, bersikap jujur dan terbuka, dan senantiasa bekerjasama dengan istri dalam melijitkan potensi kecerdasan anak yang pertama intuiting, yakni dengan melakukan hal pembicaraan pada gambaran besar dan implikasinya, kemungkinan, juga pemakaian analogi dan metaphor, juga menggali pilihan/alternatif, menggugah imajinasinya dan tidak membebaninya dengan detil. Putri sulung saya itu bernama Zakiyah, tahun depan masuk SMP. Dia berkeinginan menjadi dokter namun disaat yang lain dia ingin pula menjadi Chef. Alhamdulillah selama proses belajar di SD Al Irsyad peringkat kelasnya masih masuk dalam the best ten, terakhir dalam tryout yang diselenggarakan sebuah bimbingan belajar terkemuka yang memiliki cabang di banyak provinsi di Indonesia. Zakiyah dapat melesat mengungguli teman kelasnya yang selama ini langganan menjadi juara kelas, tentunya setelah Zakiah dapat mengoptimalkan mesin kecerdasannya.
Terhadap istri penulis yang kelebihannya efisien (hemat) dan kedua anakku yang sedikit ada sifat borosnya dari mesin kecerdasan sensing (extrovept) lawan dari kelebihan dari introvert dari mesin tersebut, berbicara dengannya menyatakan suatu tema dengan jelas, sajikan fakta dan contoh, memberikan informasi secara bertahap, menekankan pada aplikasi praktis, dan selalu menyelesaikan kalimat jika berkomunikasi, juga menyertakan pengalaman nyata. Seperti dinyatakan dalam lembar lampiran tes STIFIn bahwa intisari diri kedua anakku adalah mencari ladang untuk menanam uang. Kedua putraku, himmah dan hajir kesehariannya sering meminta untuk beli-beli (jajan, dsb) namun semenjak mesin kecerdasannya diketahui maka tugas penulis untuk melejitkannya untuk berubah. Hasilnya mereka terbiasa untuk menabung bahkan Dzulhijah 1423 H tahun ini keduanya bisa menyembelih hewan kurban, Subhanalloh.
Ketiga, Penulis berupaya memiliki kepekaan sosial dengan mengasah profesi sebagai promotor STIFIn. Saya bertekat untuk turut mensukseskan terwujudnya peradapan yang gemilang sukses-mulia  dengan berbagi tips suksesan sebagai orang Thinking. Saran penulis agar mereka yang memiliki mesin seperti penulis dapat menerjunkan diri untuk menjadi orang yang terorganisir dan logis, melakukan pertimbangkan sebab akibat, memfokuskan pada konsekuensi, biasakan dengan menekankan pada aplikasi praktis, tidak membuat pertanya an apa yang “dirasa” tapi apa yang dipikirkan, dan jangan mengulang. Ciri sukses belajar orang Thinking adalah diberi recognition oleh orang yang dihormatinya berikut petikan apresiasi letter Pimpinan RS Paru Dr Arya Sidemen, SE,. MPH,. MBA terhadap penulis : “Dwi ini orangnya peduli… Apa yang dipelajarinya, bagaimana dia mencoba menerapkan dalam hidup kesehariannya dia tularkan kepada orang lain, orang banyak, baik melalui diskusi maupun penulisan-penulisannya. Dwi orangnya ulet dan selalu berupaya untuk didengar. Demi kebaikan, demi keyakinannya” (April 2011).
Keempat,  hal yang untuk dilakukan penulis terhadap protege feeling dengan mengatakan saya setuju dengannya terkait hal yang mubah, berupaya menghargai usaha dan kontribusi mereka, mengenali legitimasi perasaannya, membicarakan tentang kepedulian, tersenyum dan pelihara kontak mata jika berkomunikasi dengannya serta ramah dan penuh pertimbangan.
Kelima, hal yang untuk dilakukan penulis terhadap protege insting dengan berbicara straight to the point dg lembut, menghindari pembahasan permasalahan yang rumit, menyederhanakan kata dengan tidak bersayap serta kalimat yang efektif melalui penyelesaian kalimat dan tanggapan yang persis yang dia inginkan (tanya harga jawab harga). Wallohu A’lam bi Showab.
Dipublikasikan: stifin.co.id; stifinjatim.com 

RAHASIA KELUARGA TENTRAM DAN HARMONIS (Versi STIFIn)

0 komentar

Pembagian peran seseorang dalam interaksi sosial suatu keniscayaan. Begitupun dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga antara suami dan istri secara kodrati pasangan itu dicipta, bahwa suami sebagai nahkoda untuk memimpin sedangkan istri disisi yang lain berperan sebagai pengatur untuk mengelola kehidupan rumah tangga.
Interaksi yang terjadi pada pasangan suami dan istri (pasutri) tiada pembedaan kasta atau status kelasnya, dimana istri dijadikan abdi dalem (jawa=orang belakang) yang kegiatannya seputar kasur dan dapur dengan perannya sebagai batur (jawa= pembantu) pepatah menyatakan’surga nunut neraka katut’ yang berarti kalau bisa masuk surga karena menyertai suami sebaiknya masuk nerakapun diikutinya alias pupuk bawang (ikut-ikutan) dan suami menempati posisi di atas (terhormat) layaknya majikan semua minta dilayani.
Islam memandang peran pasutri sebagai sahabat. Awal perserikatan mereka pada pernikahan untuk kebaikan. Karena istri memiliki potensi bisa menentramkan serta memberikan kesenangan pada suami (Qs. 30: 21 dan Qs. 7: 189) maka Islam memberi jalan pada suami agar memperlakukan istri dengan baik dalam hal pemberiannya atas makanan dan pakaian serta tempat tinggal secara layak, perhatikan (Qs. 4:19; 2:233; 65:6).
Keserasian pasangan pun dalam keluarga tidak ditentukan dari kekayaan, fisik-ly seseorang ataupun martabat dari keluarganya, namun dikarenakan kepribadiannya. Komponen pembentuk kepribadian seseorang dapat dilihat melalui matras personality-nya dimana komponen tersebut bersifat genetic yang non heriditas. Maksudnya bukan karena diwariskan dari  orang tuanya, melainkan berasal dari apa-apa yang dianugrahkan tuhan pada masing-masing orang secara spesial. Yakni diketahui pada lapisan otak sebelah dalam atau luar yang berwarna putih atau kelabu dan pada belahan otak sebelah mana dari system operasi seseorang dalam berfikir dan bersikap secara dominan dari yang paling kerap dipergunakan.
Prosesi keserasian yang ditampakkan kedua pasangan tersebut tidak semata hanya terpola pada komunikasi saja seperti pada pilihan vocabulary, intonasi penyampaian atau bahkan daya energy yang menyertai ucapan seseorang, melainkan kata Farid Poniman penemu mesin kecerdasan STIFIn: ‘juga tergantung dengan hubungan kemistrinya’. Dalam teori kecerdasan tunggal, Carl Gustaav Jung dengan jelas menyatakan bahwa satu orang hanya memiliki satu kemistri bawaan yang sejalan dengan jenis kecedasan tunggalnya. Kemistri (eng=cham), dalam istilah serapan dari buku DNA SUKSES-MULIA  merupakan garis tangan dari mesin kecerdasan seseorang bila dimasukkan unsur alam semesta dari ilmu daratan china (teori U-sing) seperti tabel berikut.
Output persahabatan pasutri pada tabel hubungan kemistri akan melahirkan kesinergisan dalam membina keluarga hingga terpeliharanya keharmonisan hubungan mereka serta berkasih sayang (mawaddah wa rohmah). Disaat mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga tentu tidak semudah yang dibayangkan namun kepastian untuk memperoleh kemistri dari persahabatan tersebut sebagaimana yang telah dijanjikan Tuhan untuk mendapatkan keberlimpahan (arab=aghniya). Cobaan itu terkadang riak kecil ataupun besar yang kedatangnya pun pasti pula bergelombang serta pasang surutnya keyakinan untuk sampai pada suatu tujuan mulia yakni mengapai keridlo’an Sang pemberi kehidupan, membutuhkan perjuangan serta kesabaran. Mungkin badai datang dan berlalu, akan tetapi kesadaran kalian terhadap cobaan yang datang pasti menuntut suatu pengorbanan berupa kesetiaan dalam menjalankan perintah dan larangan larangan Tuhan dalam penyempurnaannya terlaksananya kewajiban.
Pengorbanan dapat berupa harta, tenaga/pikiran (jiwa). Inilah tabiat perjuangan dimanapun dan kapanpun, maka bukanlah hal yang istimewa apabila sewaktu-waktu pasangan Anda menginginkan mendapat pelayanan yang lebih dari cukup. Permakluman terhadap keterbatasan kemampuan dan kesempatan disuatu saat diperlukan, namun tidak menyebabkan kecerobohan hingga mengabaikan hak pasangannya apalagi sampai mencampakkan aturan Tuhan. Memang manusia tidaklah ma’shum (terbebas dari kesalahan), kesadaran pasangan untuk tidak berharap di luar kemampuan yang dimiliki, memahami perihal kelebihan dan kekurangan sahabatnya, sekalipun dia berpotensi dasar kemanusian yang sama yaitu pada akal manusia Tuhan memberinya pilihan jalan agar mereka dapat memilih sesuai perintah dan larangan-Nya atau berbuat kerusakkan (fasad).
Kreativitas pasutri dalam memecahkan hambatan kelemahan secara bersama merupakan bagian penting dalam persahabatan. Hal demikian akan berujung pada sinergi yang sanggup mengatasi kendala menjadi potensi sekaligus meramu potensi bersama yang membuahkan produktivitas melebihi kemampuannya sebelum menikah. Namun kejadian yang sering terjadi sebaliknya, lantaran pasangan Anda seolah menjadi pembeban bukan peringan beban yang dipikul dengan dalih pengkotak-kotakan kerja (peran) dalam interaksi kemistri menjadi dasar egoism untuk tidak mau tahu terhadap keberhasilan ataupun kegagalan pasangannya dalam menyempurnakan setiap kewajiban. Pemeliharaan anak misalnya, sekalipun merupakan tanggung jawab istri namun tidak berarti ayah haram membantu istrinya mengerjakan teknis mengasuh dan mendidik mereka.
Terakhir, penulis mengajak diri pribadi dan pemerhati keluarga agar tidak menjadikan rumah hanya sebatas tempat istirahat dan tidur, bernaung dari panas dan hujan, namun ia adalah wadah pencetakan dan pengemblengan generasi handal. Untuk itu suasakan rumah dengan kerinduan mengoptimalkan potensi diri yang sudah diketahui dengan terbukanya pintu depan karpet merah, meramu kelebihan dan mengeliminasi kendala demi kesempurnaan perjuangan yang wajib, yakni pada proses.
Dipublikasikan  : www.stifin.co.id